Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Apakah Kubu Raya Layak Dapat Penghargaan? [Catatan Perjalanan Admin Galeri Kitab Kuning]

Apakah Kubu Raya Layak Dapat Penghargaan? ~ Mungkin yang baca judul diatas khususnya bagi masyarakat di luar Kubu Raya akan heran,  pasalnya Kabupaten termuda di Kalimantan Barat Tersebut dikabarkan beberapa kali meraih penghargaan.

Baca : Hebat Kubu Raya Raih Segudang Penghargaan



Hebatnya lagi,  penghargaan-penghargaan tersebut didapat hanya dalam kurun waktu kurang dari 10 tahun. Sungguh pencapaian yang luar biasa untuk ukuran Kabupaten yang baru berdiri.

Tapi yang menjadi pertanyaan,  apakah penghargaan-penghargaan tersebut memang layak disandang oleh kabupaten hasil pemekaran Kabupaten Pontianak itu?

Berikut ini akan kami hadirkan beberapa realita yang akan dipadukan dengan beberapa penghargaan yang telah diraih Kabupaten yang saat ini dipimpin Rusman Ali itu.

Perlu dicatat Kubur Raya saat ini kurang lebih telah meraih beberapa penghargaan,  dan yang terakhir penghargaan dari Mendagri Sebagai Kabupaten dengan Pengelolaan pemerintahan yang baik guna mengantisipasi asap kebakaran hutan, lahan gambut dan semak belukar.

Kabupaten yang juga menjadi juara Umum dalam Ajang MTQ (Musabaqah Tilawatil Quran)  se-Kalimantan Barat ini juga pasalnya menjadi yang terdepan di dalam pengembangan Ekonomi.

Untuk lebih jelasnya berikut ini akan kami sajikan tulisan berkenaan pertanyaan Apakah Kubu Raya Layak Dapat Penghargaan?

Kubu Raya, Terbaik Pertama Tingkat Pertumbuhan Ekonomi se-Kalimantan Barat


Terus terang tulisan ini dibuat atas dasar realita, dan dengan harapan agar berita tentang Kubu Raya lebih berimbang.

Saya sendiri memiliki kesempatan untuk berada di sebuah kawasan Kabupaten Kubu Raya tepatnya di Kampung Parit Surabaya Desa Pasak. Jaraknya sekitar 50 km kearah timur dari pusat kota Kabupaten.

Jarak tersebut,  biasanya bisa ditempuh dalam tempo 1 jam,  dengan rata-rata kecepatan kendaraan 50 km/jam.

Percaya atau tidak,  nyatanya,  jika menggunakan jalur darat butuh sekitar 3 jam untuk sampai di kampung parit surabaya.

Dan jika menggunakan Motor Air (salah satu nama alat transportasi masal,  melalui jalur sungai) membutuhkan waktu sekitar 4 jam.  Sungguh waktu yang cukup lama berada di dalam kapal berukuran 5 kali 12 meter. 

Mengapa demikian? Ya karena tidak adanya akses jalan yang baik.  Baik melalui jalur darat,  apalagi jalur sungai.

Untuk mencapai ke-desa Pasak, kampung parit surabaya, harus melewati jalan yang tiak layak, dan menyeberangi sungai. 

Setiap kali menyeberang, khusus pengendara motor dipungut biaya kurang lebih Rp. 3.000,- sekali jalan. Jika pulang pergi berarti Rp. 6.000,-

Memang harga ini lumayan mahal, sudah bisa dipastikan masyarakat dalam sehari tidak hanya satu kali jalan, untuk memenuhi kebutuhan sehari-sehari mereka.

Dermaga Penyeberangan Sungai


Yang menjadi masalah sampai saat ini tidak adanya jembatan penghubung antara jalan raya,  tepatnya Jalan Trans Kalimantan yang berada diseberang dengan jalan masuk ke desa tersebut. 

Jalan Tak Layak Dilalui


Jembatan ini sangat ditunggu oleh masyarakat yang berada di oloh (sebutan untuk masyarakat yang berada di kawasan pedalaman).

Kubu Raya Tak Layak Dapat Penghargaan


Karena mereka yakin,  dengan adanya jembatan, itu artinya perekonomian mereka bisa meningkat, dan tidak seperti sampai saat ini,  yang mana perekenomian Kubu Raya nyatanya masih terpusat di kota.

Sementara di desa,  realitanya tidak jauh berbeda dengan kondisi perekonomian 4 tahun lalu.

Maka,  Penghargaan Sebagai Kabupaten Terbaik Pertama Tingkat Pertumbuhan Ekonomi se-Kalimantan Barat, sepertinya perlu dipertimbangkan kembali.

Tidak tanggung-tanggung Kubu Raya dalam hal pengembangan ekonomi ternyata juga meraih Penghargaan serupa yakni Terbaik Pertama Pertumbuhan Ekonomi dalam Otonomi Award.

Lagi-lagi penghargaan bergengsi tersebut sepertinya perlu menjadi catatan penting dan kembali dipertanyakan.

Tidak hanya di Desa Pasak, Kecamatan Sungai Ambawang saja, di Desa Retok juga tidak jauh berbeda.

Saya sendiri sempat mendatangi desa Retok Kecamatan Sungai Ambawang Kabupaten Kubu Raya. Sebuah desa yang sulit sekali mendapatkan akses transportasi.

Masyarakat disana rata-rata membutuhkan waktu sekitar 1 hingga 2 Jam menuju pusat kota, dan apabila menggunakan transportasi sungai membutuhkan tidak kurang dari 3 Jam.

Dari hasil wawancara dengan masyarakat setempat, rata-rata mereka saat ini menjadi petani karet. Biasanya dalam sehari mereka bisa mengumpulkan karet rata-rata 7 hingga 10 kilo.

Dan ironisnya, harga karet semakin tahun semakin menurun, saat ini [menurut mereka], harga karet berada dikisaran Rp 2.500,-/ perkilo.

Bayangkan saja, mereka harus pontang panting seharian mengambil getah karet, dan yang hanya mendapatkan Rp. 25.000,-

Jika difikir, penghasilan maksimal Rp. 25.000,- untuk jumlah keluarga 5 orang saja, sudah sangat tidak bisa mencukupi mereka.

Bukan hanya itu, masyarakat juga mempertanyakan Bupati yang saat ini menjabat, prihal beberapa janji yang disampaikan saat berkampanye dan mengunjungi rumah salah satu tokoh masyarakat di Desa Retok.

Janji tersebut diantaranya akan memberikan santunan kepada guru ngaji, akan memperhatikan pendidikan, khususnya madrasah, dan memperbaiki infrastruktur transportasi, termasuk jalan .

Kubu Raya Raih Penghargaan Pengelolaan pemerintahan yang baik guna mengantisipasi asap kebakaran hutan, lahan gambut dan semak belukar


Awalnya saya sepakat dengan penghargaan tersebut, namun setelah melihat beberpa media diantaranya Kompas.com justru mencatat sekitar 54 Tititk Api yang terpantau pada tahun 2015.

Tribun Pontianak, yang memberitakan tentang munculnya beberapa titik api di Kabupaten Kubu Raya, yaitu Mempawah satu, Sambas dua, dan Sanggau ada tiga hotspot, pada tanggal 12 Juli 2016 Pukul 06:00

Walaupun jumpah titik Api di Kabupaten Kubu Raya pada tanggal 12 Juli 2016 terbilang sedikit, namun Thetanjungpuratimes.com, memberitakan, baru-bau ini Pemerintah Kabupaten Kubur Raya telah menetapkan Status Siaga Kebakaran Lahan.

Artinya, Penghargaan Kubu Raya sebagai Kabupaten yang memiliki etos kerja tinggi dibidang penaggulangan kebakaran hutan, sepertinya perlu dipertanyakan kembali.

Demikan catatan tentang Apakah Kubu Raya Layak Dapat Penghargaan, Semoga tulisan ini menjadi salah satu bentuk dari suara masyarakat Kubu Raya kepada segenap pemerintah Kubu Raya, dan menjadi salah satu penyeimbang dari berta-berita yang telah beredar.

Baca : Kubu Raya, Kabupaten Termuda Di Kalimantan Barat

Saya sendiri sebegai penulis, sangat senang bila mana dari Pemerintah Kabupaten Kubu Raya bisa menanggapi tulisan ini, sekaligus sebaga informasi.

Dan tentunya saya sangat bersyukur bila mana Pemerintah Kubu Raya benar-benar mampu membenahi beberapa hal tersebut diatas, sebagai bentuk jawaban konrit atas penghargaan yang teah diraih.

3 komentar untuk "Apakah Kubu Raya Layak Dapat Penghargaan? [Catatan Perjalanan Admin Galeri Kitab Kuning]"

  1. Tambahan informasi untuk tulisan ini.
    Tanjung Manggis, sebuah perkampungan kecil, lagi terpencil, di Desa Sungai Asam Kecamatan Sungai Raya, yang terputus aksesnya hampir di segala bidang: Infrastruktur, Penerangan (PLN), DLL.
    Akses menuju perkampungan ini memakan waktu kurang lebih 4 hingga 5 jam jalur darat, sementara dari jalur air (sungai) akan menghabiskan waktu sekitar 7 jam, itu pun 2 hari sekali baru ada motor air. Kondisi ini tentu saja memutus arus ekonomi masyarakat, alih-alih bicara pertumbuhan ekonomi yang rata-rata bersumber dari kebun karet.
    Di bidang Penerangan (PLN), sejak perkampungan ini berdiri pada tahun 1970-an hingga hari ini belum pernah mendapatkan "cahaya" dari Perusahaan Listrik Negara (PLN). Sehingga kadang-kadang saya berfikir apakah tempat ini (Tanjung Manggis-Red) adalah bagian dari Indonesia atau bukan?
    Di bidang yang lain?
    Tentu masih banyak, hanya saja saya rasa kalau dua hal yang sebenarnya sangat mendasar ini mulai menemukan titik terang barulah mulai membangun opinion baru.
    Semoga adanya tulisan ini bisa sedikit mewakili apa yang selama ini menjadi keinginan tebesar masyarakat.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih Ismail Sakha, semoga pemerintah Kabupaten tidak hanya bangga dengan penghargaan yang ternyata masih perlu dipertanyakan.

      Dan semoga tulisan ini bisa dibaca oleh pihak pemerintah, dan membuka cakrawala luas masyarakat Kubu Raya.

      Dan tentunya harapan kita mereka nantinya bisa merealisasikan kehendak masyarakat selama ini.

      Hapus
    2. Enggih Yai. Semoga... Amin...

      Hapus

Anda Mendapatkan Manfaat Dari Informasi Galeri Kitab Kuning? Tulis Komentar dengan Sopan, dan Tanpa memberi Link Aktif atau Non Aktif
Jangan Pakai Bahasa Yang Negative
Mohon maaf jika balasan kami telat, dan sesegera mungkin akan kami tanggapi.

Hormat Kami
Admin Galeri Kitab Kuning

close
Banner iklan disini